Dalam
balutan selimut tebal John memeluk Karen yang terpejam kelelahan. Lama sekali
ia menatap wajah cantik istrinya, dirasakannya gerak napas pelan dari dada
lembut yang menempel di tubuhnya. Dengan penuh kasih ia mengecup kening Karen
kemudian memejamkan matanya.
Hanya
sekejap ia terlelap, lenguhan dan gerak tubuh Karen membuatnya terjaga.
“Ada apa, sayang?”
John
mengusap kening Karen yang diam menerawang, menatap ke langit-langit kamar.
“John…
Aku bermimpi...” Karen memiringkan tubuh, meringkuk dalam pelukan lelaki di
sisinya.
Sekali
lagi John mengecup kening Karen yang dihiasi butiran keringat, mencoba
menenangkannya. “Mimpi apa, sayang?”
“Aku
melihat sebuah meteor jatuh dan menembus kaca kantorku, lalu dengan cepat
semuanya berubah menjadi kacau dan penuh kepanikan. Ihh… Mengerikan sekali!.”
“Itu
hanya mimpi. Kamu terlalu terobsesi dengan film yang kita tonton semalam.”
“Entahlah,
John. Aku takut. Aku merasa sepertinya akan terjadi sesuatu”
“Bagaimana
kalau hari ini ‘kamu tidak usah masuk kerja. Kita di rumah saja ya, sayang.”
“Tidak,
John. Tidak bisa... Pekerjaanku menumpuk. Banyak sekali yang harus kuselesaikan
hari ini. Ayo sayang… peluk aku! Aku takut sekali!.”
Seperti
seorang bayi yang mencari ketenangan dalam dekapan ibunya, Karen kembali meringkuk
dalam pelukan John. Berkali-kali ia menggeliat gelisah sambil menghembuskan
nafas berat yang lebih terdengar seperti sebuah rintihan.
* * *