lembut,
ia berkisah padamu mengenai nestapa yangg ia
coba tidak terpikirkan
namun tetap saja lekat di garis tangan
hingga tiap ia lekapkan telapak tangan di
wajahnya,
terlihatlah,
senantiasa
tercetak jelas di kulit paras yangg tiada
pernah tidak pias
wahai ombak yangg suka menghempas tebing,
pada bukit di tepi pantai
pada bukit di tepi pantai
ku ingin
merengkuhmu dalam peluh bergaram
lalu membawamu ke malam di tengah samudra
untuk mengajakmu menanam ikan-ikan,
sembari
berkisah soal gang-gang,
yang tidak henti memendarkan cahaya cemerlang
di kedalaman kelam
biarlah
sejenak,
mungkin untuk kali yangg pertama
biar bisa sedikit
merasa bahagia
mendekatlah,
katanya
ku ingin
dirimu lekapkan kedua telapak tanganmu,
satu di pipi
kiri, lainnya pada pipi kanan,
lalu tekan
pelan saja,
biar dapat ku
resap rasa hangat yang tidak kenal senyap,
namun, ku memilih menjauh,
menentang
untuk menciptakan bayang memanjang ke utara,
sejak itu ia mengikutiku,