Muslim Uighur di Xinjiang, Cina: Stranger in their Own Land

Belum lama ini beberapa media dalam dan luar negeri termasuk BBC memberitakan (meski hanya sekilas) soal bentrokan yang terjadi di Xinjiang, China, yang menewaskan beberapa orang. Dan seperti biasa, pemerintah China menyatakan bentrokan itu dipicu oleh aksi kelompok muslim Uyghur.
Kerusuhan terbaru di Xinjiang ini semakin memperpanjang catatan kekerasan yang terjadi di wilayah yang warganya terpecah belah antara warga Muslim beretnis Uighur dan warga beretnis Han yang merupakan mayoritas di China itu.

muslim uighur, xinjiang, china
stranger in their own land (foto: caravanmagazine)


Sekilas tentang Muslim Uyghur (Uighur/Hui) di Xinjiang, China


Xinjiang (Tionghoa: 新疆; pinyin: Xīnjiāng; Wade-Giles: Hsin1-chiang1; Uighur: شىنجاڭ), adalah sebuah daerah otonomi di Cina. Xinjiang berbatasan dengan Daerah Otonomi Tibet di sebelah selatan dan Provinsi Qinghai serta Gansu di tenggara. Wilayah ini juga berbatasan dengan Mongolia di sebelah timur, Rusia di utara, serta Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Afganistan, dan Kashmir di barat. Xinjiang juga mencakup sebagian besar wilayah Aksai Chin (yang dikaim India sebagai bagian dari Negara Bagian Jammu dan Kashmir).

muslim uighur, xinjiang, china
peta wilayah Xinjiang (foto: silkroadadventure.com)

Penduduk asli Xinjiang berasal dari ras-ras Turki yang beragama Islam, terutama suku Uighur (45,21%) dan suku Kazakh (6,74%), kemudian suku Cina Han yang berjumlah sekitar 40,58% (sensus 2000). Sedangkan istilah HUI bermula pada era Dinasti Ming. Saat itu, Islam dikenal dengan nama Tiangfang Jiao yang artinya agama bangsa Arab. Islam juga disebut Hui Hui Jiao, yakni agama bangsa Hui Hui. Dari sejarah tersebut, kemudian Muslimin Cina dari etnis apa pun disebut sebagai orang Hui Hui.

Kalau kita sering membaca serial cerita silat cina tentu kita tidak asing dengan istilah suku Hui, Uighur, atau Kazak, karena kisah-kisah hubungan mereka dengan bangsa Han telah dimulai dalam kerja sama melawan penjajahan bangsa Manchu - Mongol. (tambahan penulis :D,  maaf karena penulis hobi banget membaca serial silat Cina heheeee)

Kenapa di Xinjiang selalu terjadi bentrok


Perekonomian Xinjiang berpokok pada pertanian dan perdagangan, dengan kota-kota seperti Kashgar yang telah berabad-abad terkenal sebagai jalur perdagangan yang ramai sepanjang sejarah Jalur Sutera.

"Xinjiang" secara harfiah bermakna 'Perbatasan Baru' atau 'Daerah Baru', nama yang diberikan semasa Dinasti Qing Manchu.  Sebenarnya nama Xinjiang tidak disukai oleh para pendukung kemerdekaan Xinjiang mereka lenih lebih condong menggunakan nama lokal yang bersejarah atau beretnik seperti Uighuristan.
Oleh karena nama tersebut berhubungan erat dengan gerakan kemerdekaan, pemerintah Cina dan kebanyakan warga lokal suku Han cenderung menganggap Istilah Uighur sebagai image ofensif dan negatif.

Xinjiang adalah sebuah wilayah yang cukup luas. Meski wilayah ini bergurun pasir, bergunung serta penduduknya minim, wilayah ini cukup kaya akan hasil pertambangan, pertanian dan sumber energi. Xinjiang bahkan menjadi produsen minyak terbesar kedua di negeri tirai bambu itu. Itulah kenapa Xinjiang menjadi sangat strategis dan penting bagi Cina ditinjau dari segi perekonomian dan geopolitik.
Kondisi itu membuat pemerintah ingin mencengkeram wilayah kaya itu dengan menggeser mayoritas warga Muslim Uighur. Pemerintah berideologi komunis yang berseberangan dengan agama, menjadi dasar utama ‘pembenaran’ untuk memberangus Uighur yang muslim.

muslim uighur, xinjiang, china
protes di xinjiang, china (foto: telegraph.co.uk)

Seperti diketahui bahwa Partai Komunis Cina selalu berupaya mengendalikan dan mengintervensi kehidupan beragama warganya. Sejak masa gelombang Revolusi Kebudayaan pada 1966, PKC memberangus agama-agama asli seperti Buddha, Tao dan agama minoritas lain serta budaya-budaya ortodoks China yang berakar sejak ribuan tahun lalu. Gelombang revolusi kebudayaan itu memakan jutaan korban jiwa.

Upaya PKC mencengkeram Xinjiang dilakukanlah dengan politik rasialis, mereka memasukkan etnis suku Han yang merupakan suku mayoritas di China ke wilayah Xinjiang, dan lambat-laun suku Han menjadi etnis mayoritas dan menguasai perekonomian di Xinjiang. Sektor-sektor perekonomian utama diambil alih dan dikuasai suku Han. Kegiatan komersial dan budaya Uighur secara bertahap dibatasi oleh PKC. Warga Uighur pun merasa seperti orang asing di negerinya sendiri. Mereka ditindas dan semakin terpinggirkan. Kondisi masif itu menyulut kecemburuan sosial. Benturan dan ketegangan rasialis pun tak dapat terhindarkan.  Puncaknya protes dan demonstrasi dilakukan warga Muslim Uighur untuk menyerukan hak-hak mereka yang dirampas.

PKC menggunakan kesempatan untuk menyulut ketegangan rasialis, PKC mempropagandakan bahwa warga Muslim Uighur melakukan gerakan separatis untuk kemerdekaan. Propaganda negatif ini dijadikan dasar untuk membenarkan represi di daerah Xinjiang. Isu gerakan separatis ini kemudian ikut disebarluaskan oleh media resmi Cina untuk mengalihkan perhatian dunia atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukan PKC.

kejadian-kejadian akibat ketegangan rasialis yang diciptakan PKC itu terus berlanjut sampai sekarang. Termasuk bentuk praktik-praktik penerapan larangan beribadah di bulan Ramadhan dengan tujuan menghilangkan identitas keislaman suku Uighur di Xinjiang.

Muslim Uighur, Stranger in their own Land: Seperti Orang Asing di negeri mereka sendiri


Pelanggaran hak asasi manusia (HAM), diantaranya pelanggaran kebebasan beragama, kebebasan berkumpul dan berpendapat, hambatan atas pendidikan, diskriminasi, serta hukuman mati terhadap tahanan politik, keberadaan sekolah Islam, masjid dan imam dikontrol secara ketat dan lain-lain terus terjadi di Xinjiang. Pemerintah juga secara resmi menerapkan larangan ibadah perorangan mencakup larangan salat, puasa di bulan Ramadhan di kantor, sekolah dan tempat-tempat milik negara. Bahkan pihak keamanan melakukan pencarian rutin terhadap bahan-bahan agama dan penerbitnya karena dianggap ilegal.
Di bidang tenaga kerja bisnis dan pemerintahan, orang-orang Muslim sering dihambat untuk bisa menduduki jabatan yang tinggi. Selain itu, kebijakan keluarga berencana di Cina juga diklaim menguntungkan suku Han, yang memiliki tingkat pertumbuhan populasi 31.6%, lebih tinggi dibanding suku-suku lain yang maksimal 15.9%.

Keadaan ini semakin parah sejak terjadinya peristiwa WTC 11 September di Amerika Serikat, pemerintah Cina juga mengklaim terdapat gerakan terorisme internasional di Xinjiang, yang dituduh berkaitan dengan Gerakan Taliban di Afganistan.  Beijing mencap pejuang hak-hak asasi muslim Uighur sebagai  bagian dari "Bin Laden Clique", kelompok kecil dari komplotan Bin Laden.
"sepertinya China ingin mengambil keuntungan dari perang global melawan terorisme untuk melegitimasi perbuatan mereka membunuh, menyiksa dan memenjarakan orang Uighur," demikian seperti disampaikan Turdi Ghoja, presiden Asosiasi Uighur Amerika yang berbasis di Washington.

Peristiwa kejahatan yang menimpa kaum Muslim Uighur itu telah menjurus kepada genosida, usaha pembersihan etnis karena dilakukan secara sistematis. Genosida merupakan kejahatan kemanusian serius, extra ordinary crime, seperti termaktub dalam ketentuan Statuta Roma 2002, bahwa salah satu yang disebut extra ordinary crime adalah genosida (the crime of genocide). Patut diserukan bersama untuk penghentian genosida terhadap Muslim Uighur itu dan terhadap etnis apapun yang mengalaminya.

Aktivis hak luar negeri juga mengecam catatan pelanggaran hak asasi yang dilakukan Beijing di daerah etnis minoritas di negeri itu .
"Berkali-kali pemerintah China telah terbukti melanggar sejumlah instrumen hak asasi manusia internasional" kata direktur UHRP Alim Seytoff.

Amnesty International menyebut bahwa Xinjiang adalah satu-satunya provinsi di Cina yang mengizinkan hukuman mati terhadap tahanan politik. Jumlah tepat korban hukuman mati ini dirahasiakan oleh negara, namun diperkirakan jumlah korban tewas akibat hukuman mati atau penyiksaan oleh pemerintah mencapai 2.500 jiwa (dari tahun 1999 hingga Maret 2000 saja).

muslim uighur, xinjiang, china
muslim xinjiang, china (foto: the guardian)


Strangers in their own Land... ya, mereka seperti orang asing di negeri mereka sendiri, itulah gambaran muslim Uighur di China seperti yang ditulis Ron Gluckman, seorang reporter Amerika yang telah puluhan tahun meliput di China, dalam artikelnya di Time's Asiaweek, tahun 2001. Dan ‘Mimpi buruk’saudara-saudara kita warga Muslim Uighur di Xinjiang itu harus segera diakhiri.


Referensi:
Artikel dikumpulkan dan disarikan dari beberapa media:
Uhrp.org  (uighur human right project)
Saveuyghur.org
BBC Indonesia
Kompas Online
Republika Online
Hidayatullah
Wikipedia