“Damned!”. John
mengumpat kesal. Suara gelas pecah yang tidak sengaja ia senggol telah memutus
mimpinya.
Dengan malas ia
mencoba bangkit dan mengusap wajahnya yang terlihat letih. Diraihnya botol whiskey
sisa semalam lalu menenggak isinya yang hanya tinggal beberapa tetes saja.
“Sial!”, kembali
ia menggerutu sambil melangkah menuju rak minuman.
“Awwwchhh!…”
Sebuah serpihan
gelas menancap di telapak kakinya.
”Benar-benar hari
yang sial!”.
Kembali John
mengoceh tak jelas ketika tidak menemukan apa yang dicarinya. Ia lupa bahwa
botol-botol di rak itu telah lama kosong.
Wajahnya semakin
menunjukkan kekesalan, dengan sedikit terpincang ia berjalan menuju ke kamar
kemudian membuka sebuah lemari kecil yang ada di sisi tempat tidur. Diraihnya
sebotol anggur yang ada di sana
tapi dengan cepat segera dikembalikannya. Seraut wajah seketika muncul begitu
bibir botol itu menempel di bibirnya.
Direbahkan
tubuhnya di atas kasur. Sebentuk rasa rindu kembali hinggap, menyeruak kedalam
relung jiwanya. Selama dua tahun ini hanya sesekali saja ia tidur di ranjang
itu, itu pun ia lakukan jika benar-benar sudah tidak sanggup menahan rasa rindu
yang menderanya.
John meringkuk
memeluk guling, seperti ingin meraih kembali sosok yang tak pernah lagi bisa
irengkuhnya.
* * *
... bersambung ...
baca cerita lainnya: MENJARING BUIH