(silahkan klik DISINI untuk membaca bagian pertama)
16
CD-CD ini dipelajari ya, mas.
Mudah-mudahan bermanfaat. Semangat lho!
Aku
masih memegang beberapa keping CD berisi aplikasi yang harus ku_instal
dan kupelajari. Nia memang tak pernah berhenti mencari jalan agar kami bisa
cepat bersatu. Dan meski seberat apa pun itu, aku selalu berusaha untuk
menjalankannya. Dia ibarat seorang arsitek dan akulah pelaksananya. Sebuah
proyek cinta yang benar-benar seperti mengejar matahari. Tapi kali ini aku
benar-benar bingung memikirkan bagaimana mengatur waktu antara bekerja,
menulis, dan belajar.
Jam
delapan malam, aku masih di kantor merangkai jalinan cerita. Perutku mulai
terasa perih, pandangan pun mulai mengabur.
Sebaiknya
aku pulang saja beristirahat dan membawa semua hayalan ini ke alam mimpi…
* * *
Malam telah begitu larut, ia masih saja berdiri terpaku di
depan jendela. Dari balik kaca yang bertirai embun ia mencoba untuk menembus
kepekatan hutan yang mengurung Danau.
Malam boleh saja
semakin hening tapi tidak begitu dengan hatinya, sejak tadi berbagai pertanyaan
justru tak pernah berhenti berputar-putar mengusiknya.
Benar-benar
sulit kupercaya!
Dilangkahkan
kakinya menuju meja yang ada di sudut kamar, mengambil sebuah peti kemudian
kembali ke dekat jendela dan menghempaskan tubuhnya pada kursi kayu yang ada di
sana . Perlahan
sekali ia membuka tutup peti kemudian mengeluarkan isinya, sebuah gulungan
kertas tua yang diikat seuntai benang putih yang mulai pudar warnanya.
John, anakku…
Semoga kau baik-baik saja. Di dalam kotak ini
tersimpan benda peninggalan ayahmu yang diberikan kepada ibu sebelum ia pergi,
termasuk sebuah surat yang sama sekali belum pernah ibu buka, sesuai dengan
pesannya bahwa semua barang ini baru boleh ibu serahkan kepadamu setelah kau
dewasa. Maafkan ibu karena tidak bisa terus mengasuh dan
mendidikmu. Bukan karena ibu tidak sayang tapi memang keadaan lah yang memaksa
ibu untuk meninggalkanmu.
- * -
baca cerita lainnya: MENJARING BUIH